SAHABAT, AKU BENCI!
Hiruk pikuk penuh tawa
memecah keheningan hutan. Keriuhan itu berasal dari bawah pohon apel, terlihat
dua kelompok sahabat yaitu nyamuk dan lalat sedang makan bersama. Hal ini yang
biasa mereka lakukan menjelang siang. Tawa canda antara keduanya membuat mereka
tertawa terpingkal-pingkal. Karena asyik bercanda sambil menikmati hidangan
lezat hari itu, mereka tidak mendengar burung dara memanggil mereka. darapun
makin kesal, akhirnya dara memutuskan untuk meniup terompet.
”Cuuuiiiiiit..!!!”
Nyamuk dan lalat
terkejut, melihat-lihat sekeliling, siapakah gerangan yang datang. dara tak
sabaran menunggu nyamuk dan lalat menemukannya.
”Tidakkah kalian lihat
aku di sini dari tadi.” Dengan wajah kesal.
”Eeh, ada dara rupanya,
maaf tidak keliahatan.” Kata nyamuk. Mendengar itu tawa kembali pecah dari
kedua kelompok itu.
”Baiklah, kalau kalian
seperti ini terus bearti kalian tidak mau mendengar berita penting dariku. Aku
pergi!” Dara merajuk, ia mengambil ancang-ancang untuk pergi.
”Tunggu, tunggu dulu dara!”
Pinta lalat.
”Memangnya berita apa
yang kau bawa?” sambung nyamuk.
”Rupanya kalian tertarik juga. Kalian tahukan
kalau aku ini petugas kerajaan yang tinggal di istana.” Dara berusaha membuat
dua sahabat itu penasaran.
”Iya, kami tahu.
Cepatlah kabarkan kepada kami beritanya!” Desak lalat.
”Baiklah, begini... besok
raja akan mengadakan perhelatan untuk menjadi kepala sekaligus kelompok sebagai
menteri keamanan istana maupun negeri ini. namun waktu pelaksanaannya berbeda
dari tahun sebelumnya, untuk perhelatan kali ini dimulai senja sampai tengah
malam.” Jelas dara panjang lebar sesuai perintah raja.
”Lalu apa yang harus
kami lakukan untuk menang?” Nyamuk penasaran.
”Kalian hanya berlomba
cepat untuk mengambil tongkat keamanan yang telah diletakkan di puncak gunung.
Oy, setiap kelompok hanya boleh mengutus satu perwakilan saja. Apakah kalian
bisa mengalahkan juara bertahan? Mmm sudah, aku harus pergi menyampaikan kepada
penduduk lain.” Dara meninggalkan mereka. Nyamuk dan lalat berpikir dan
mengangguk-ngangguk, sehingga tidak sadar dara telah jauh. Dengan berteriak lalat
berkata,
”Terima kasih dara.
Hati-hati ya!” Lalat kembali termenung.
”Apa yang kau pikirkan
sahabat?” Sapa nyamuk.
”Aku tidak bisa ikut
perhelatan itu.” Jawab lalat sedih.
”Mengapa?” Tanya nyamuk
penasaran.
”Kau kan tahu sobat,
aku tidak bisa melihat dengan baik di kegelapan. Bagaiman aku bisa ikut kalau
perhelatan dimulai senja dan berakhir tengah malam.”
”Tenanglah kawan,
akukan masih ada. Aku akan menuntunmu di kegelapan, dan kita dapatkan tongkat
itu, dan..dan kita akan jadi pemenang. Sekaligus kita akan mengalahkan gagak.”
Dengan semangat nyamuk menjelaskan rencananya. Mendengar rencana sahabatnya,
lalat tersenyum. Kesepakatan itu akhirnya disetujui oleh nyamuk dan lalat.
***
Hari yang ditentukan
telah tiba. Semua perwakilan telah berada digaris start, tidak ketinggalan nyamuk
dan lalat. Mereka berdiri bersebelahan agar rencana mereka berjalan lancar.
Peluit telah ditiup, semua peserta mulai meluncur ke puncak gunung.
Nyamuk dan lalat terbang berdampingan. Mereka
memimpin, karena menemukan jalan pintas menuju puncak gunung. Keduanya
kegirangan karena peserta lain jauh ketinggalan di belakang. Kegembiraan itu
makin lengkap, beberapa meter lagi tongkat itu bisa mereka raih. Akibat terlalu
fokus pada tongkat yang berkilauan itu, mereka tidak melihat dinding gua yang
rucing, lalatpun menabrak dan terjatuh. Sedangkan nyamuk sudah hampir
menggenggam tongkat yang dilombakan. Dilihatnya di sekitar, ia tidak menemukan lalat.
Nyamuk tidak ingin mengangkat tongkat itu sendirian, ia ingin berbagi dengan sahabatnya
lalat. Tak jauh darinya, ia menemukan lalat terkapar, ia hampiri.
”Kau tidak apa-apa
kawan?” Tanya nyamuk.
”Ya, aku tidak
apa-apa.” Sambil berdiri dibantu nyamuk.
Lalat melihat tongkat
itu makin berkilau. Ntah setan apa yang merasukinya, lalat makin terobsesi oleh
tongkat dan kekuasaan, ia pun lupa kesepakatannya bersama nyamuk. Saat beriring
bersamaan menuju tongkat, lalat mendorong nyamuk kedinding gua, dengan tubuh
kecilnya nyamuk tak bisa berbuat banyak, ia pun akhirnya tertusuk dan mati.
Sebelum mati, nyamuk berkata.
”Aku tak menyangka kau
sekejam ini padaku lat. Kau pagar makan tanaman.” Lalat hanya diam dan
buru-buru mengambil tongkat dan merasa bahagia sekali. Tapi senyumnya kembali
kecut, saat dia melihat mayat sahabatnya tertanam di dinding gua. Terbang
kembali ia pada saat bersama-sama dengan nyamuk, begitu indah. Lalatpun
tersentak.
”Apa yang telah aku
lakukan?” Lalat menangis dan tongkat itu terjatuh, iapun pergi meninggalkan
gungung, tongkat, dan sahabatnya yang telah menjadi mayat.
Paginya istana dan
kenegrian hutan gempar. Bukan karena berita tongkat yang dimenangkan tapi
berita lalat telah membunuh nyamuk, sahabatnya sendiri. Seketika itu juga nyamuk
menyatakan perang pada lalat, lalatpun telah bersiap-siap. Dalam sekejap siang
yang terik menjadi gelap ditutupi dua kelompok yang akan berperang di angkasa. Untungnya
raja elang datang tepat waktu, sehingga perang pun tidak jadi terlaksana. Raja elang
memutuskan nyamuk dan lalat tidak boleh bertemu lagi. Waktu lalat untuk bekerja
dan mencari makan adalah siang hari dan waktu nyamuk bekerja dan mencari makan
adalah malam hari. Waktu pergantian mereka adalah pukul enam pagi dan enam
sore. Ini ditetapkan untuk keamana dan ketentraman semua penduduk. Mulai saat
itu, nyamuk dan lalat saling membenci. Walau mereka dulu sahabat karib.
2012
Karya:
Susdamita
1105111601
Tidak ada komentar:
Posting Komentar