Selasa, 09 Oktober 2012

FABEL SAHABAT, AKU BENCI!


SAHABAT, AKU BENCI!
Hiruk pikuk penuh tawa memecah keheningan hutan. Keriuhan itu berasal dari bawah pohon apel, terlihat dua kelompok sahabat yaitu nyamuk dan lalat sedang makan bersama. Hal ini yang biasa mereka lakukan menjelang siang. Tawa canda antara keduanya membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal. Karena asyik bercanda sambil menikmati hidangan lezat hari itu, mereka tidak mendengar burung dara memanggil mereka. darapun makin kesal, akhirnya dara memutuskan untuk meniup terompet.
”Cuuuiiiiiit..!!!”
Nyamuk dan lalat terkejut, melihat-lihat sekeliling, siapakah gerangan yang datang. dara tak sabaran menunggu nyamuk dan lalat menemukannya.
”Tidakkah kalian lihat aku di sini dari tadi.” Dengan wajah kesal.
”Eeh, ada dara rupanya, maaf tidak keliahatan.” Kata nyamuk. Mendengar itu tawa kembali pecah dari kedua kelompok itu.
”Baiklah, kalau kalian seperti ini terus bearti kalian tidak mau mendengar berita penting dariku. Aku pergi!” Dara merajuk, ia mengambil ancang-ancang untuk pergi.
”Tunggu, tunggu dulu dara!” Pinta lalat.
”Memangnya berita apa yang kau bawa?” sambung nyamuk.
 ”Rupanya kalian tertarik juga. Kalian tahukan kalau aku ini petugas kerajaan yang tinggal di istana.” Dara berusaha membuat dua sahabat itu penasaran.
”Iya, kami tahu. Cepatlah kabarkan kepada kami beritanya!” Desak lalat.
”Baiklah, begini... besok raja akan mengadakan perhelatan untuk menjadi kepala sekaligus kelompok sebagai menteri keamanan istana maupun negeri ini. namun waktu pelaksanaannya berbeda dari tahun sebelumnya, untuk perhelatan kali ini dimulai senja sampai tengah malam.” Jelas dara panjang lebar sesuai perintah raja.
”Lalu apa yang harus kami lakukan untuk menang?” Nyamuk penasaran.
”Kalian hanya berlomba cepat untuk mengambil tongkat keamanan yang telah diletakkan di puncak gunung. Oy, setiap kelompok hanya boleh mengutus satu perwakilan saja. Apakah kalian bisa mengalahkan juara bertahan? Mmm sudah, aku harus pergi menyampaikan kepada penduduk lain.” Dara meninggalkan mereka. Nyamuk dan lalat berpikir dan mengangguk-ngangguk, sehingga tidak sadar dara telah jauh. Dengan berteriak lalat berkata,
”Terima kasih dara. Hati-hati ya!” Lalat kembali termenung.
”Apa yang kau pikirkan sahabat?” Sapa nyamuk.
”Aku tidak bisa ikut perhelatan itu.” Jawab lalat sedih.
”Mengapa?” Tanya nyamuk penasaran.
”Kau kan tahu sobat, aku tidak bisa melihat dengan baik di kegelapan. Bagaiman aku bisa ikut kalau perhelatan dimulai senja dan berakhir tengah malam.” 
”Tenanglah kawan, akukan masih ada. Aku akan menuntunmu di kegelapan, dan kita dapatkan tongkat itu, dan..dan kita akan jadi pemenang. Sekaligus kita akan mengalahkan gagak.” Dengan semangat nyamuk menjelaskan rencananya. Mendengar rencana sahabatnya, lalat tersenyum. Kesepakatan itu akhirnya disetujui oleh nyamuk dan lalat.
***
Hari yang ditentukan telah tiba. Semua perwakilan telah berada digaris start, tidak ketinggalan nyamuk dan lalat. Mereka berdiri bersebelahan agar rencana mereka berjalan lancar. Peluit telah ditiup, semua peserta mulai meluncur ke puncak gunung.
 Nyamuk dan lalat terbang berdampingan. Mereka memimpin, karena menemukan jalan pintas menuju puncak gunung. Keduanya kegirangan karena peserta lain jauh ketinggalan di belakang. Kegembiraan itu makin lengkap, beberapa meter lagi tongkat itu bisa mereka raih. Akibat terlalu fokus pada tongkat yang berkilauan itu, mereka tidak melihat dinding gua yang rucing, lalatpun menabrak dan terjatuh. Sedangkan nyamuk sudah hampir menggenggam tongkat yang dilombakan. Dilihatnya di sekitar, ia tidak menemukan lalat. Nyamuk tidak ingin mengangkat tongkat itu sendirian, ia ingin berbagi dengan sahabatnya lalat. Tak jauh darinya, ia menemukan lalat terkapar, ia hampiri.
”Kau tidak apa-apa kawan?” Tanya nyamuk.
”Ya, aku tidak apa-apa.” Sambil berdiri dibantu nyamuk.
Lalat melihat tongkat itu makin berkilau. Ntah setan apa yang merasukinya, lalat makin terobsesi oleh tongkat dan kekuasaan, ia pun lupa kesepakatannya bersama nyamuk. Saat beriring bersamaan menuju tongkat, lalat mendorong nyamuk kedinding gua, dengan tubuh kecilnya nyamuk tak bisa berbuat banyak, ia pun akhirnya tertusuk dan mati. Sebelum mati, nyamuk berkata.
”Aku tak menyangka kau sekejam ini padaku lat. Kau pagar makan tanaman.” Lalat hanya diam dan buru-buru mengambil tongkat dan merasa bahagia sekali. Tapi senyumnya kembali kecut, saat dia melihat mayat sahabatnya tertanam di dinding gua. Terbang kembali ia pada saat bersama-sama dengan nyamuk, begitu indah. Lalatpun tersentak.
”Apa yang telah aku lakukan?” Lalat menangis dan tongkat itu terjatuh, iapun pergi meninggalkan gungung, tongkat, dan sahabatnya yang telah menjadi mayat.
Paginya istana dan kenegrian hutan gempar. Bukan karena berita tongkat yang dimenangkan tapi berita lalat telah membunuh nyamuk, sahabatnya sendiri. Seketika itu juga nyamuk menyatakan perang pada lalat, lalatpun telah bersiap-siap. Dalam sekejap siang yang terik menjadi gelap ditutupi dua kelompok yang akan berperang di angkasa. Untungnya raja elang datang tepat waktu, sehingga perang pun tidak jadi terlaksana. Raja elang memutuskan nyamuk dan lalat tidak boleh bertemu lagi. Waktu lalat untuk bekerja dan mencari makan adalah siang hari dan waktu nyamuk bekerja dan mencari makan adalah malam hari. Waktu pergantian mereka adalah pukul enam pagi dan enam sore. Ini ditetapkan untuk keamana dan ketentraman semua penduduk. Mulai saat itu, nyamuk dan lalat saling membenci. Walau mereka dulu sahabat karib.
2012
Karya: Susdamita
1105111601

Tidak ada komentar:

Posting Komentar