LAPORAN BACA
LANGIT KELABU DI ATAS KALI KUTO
(Cerita
Rakyat)
1. Identitas Buku
Judul buku : Langit Kelabu di Atas Kali Kuto
Diceritakan kembali : Alem Savero Reyhan
Halaman : 53
Tebal :
0,5 cm
Panjang :
21 cm
Lebar :
15 cm
Penerbit : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Jalan
Daksinapati Barat IV Rawamangun, Jakarta
Timur
2. Sinopsis Cerita
Sri Pandan itu gadis nan cantik rupawan. Dengan
diiringi dua pengikutnya, dia mencari saudaranya yang terpisah semenjak kecil.
Dalam perjalannya Sri Pandan diminta menjadi ratu di Kerajaan Plosokuning.
Adapun Pangeran Benawa yang tertarik oleh kecantikan Sri Pandan menyuruh Ragil
untuk melamarnya. Sri Pandan tidak tertarik pada Pangeran Benawa, tetapi dia
malah tertarik pada Ragil. Dia minta Ragil untuk menjadi pendamping hidupnya.
Pangeran Benawa marah sekali. Dia menyeret Ragil dari depan Sri Pandan dan
menghajar Ragil. Untung Ragil yang terluka parah ditolong oleh Pangeran Sambong
yang kemudian diangkat menjadi anak. Nama Ragil pun diganti menjadi Bagus
Banteng. Setelah sehat, dengan dibekali pusaka Jalak Plengkang Kurungan, Bagus
Banteng membalas dendam kepada Pangeran Benawa. Terjadilah perkelahian yang
sengit diantara Bagus Banteng dan Pangeran Benawa. Dalam perkelahian itu
Pangeran Benawa Tewas. Tewasnya Pangeran Benawa tersebut menimbulkan dendam
dihati para pengikutnya, yang menimbulkan berbagai penderitaan bagi pengikut
Pangeran Benawa dan Pangeran Sambong. Langit pun kelabu diatas kali kuto.
2. Isi Laporan
Filosofi dari kulit buku ini adalah
menggambarkan kesedihan dan keharuan. Karena kulit buku ini berwarna biru dan
kombinasi warna putih dan abu-abu. Dari kulitnya saja sudah tergambar hal yang
membuat kesedihan tersebut. Yaitu, kematian dua kisana dengan melukiskan dua pemuda yan bertarung di
awan yang dilihat oleh seorang petinggi kerajaan dari pinggir kali, yang
ditegaskan dengan penggambaranrerumputan dan pohon-pohan kecil.
Tema yang diangkat pada cerita ini yaitu
menjaga dan memperjuankan harga diri. Adapun alur yang digunakan dalam
penceritaan ini adalah alur maju, dimana kisah tersusun dari pengenalan,
permulaan konflik, klimaks dan akhir kisah. Gaya
bahasa cerita ini mengunakan gaya bahasa orang Jawa, seperti dalam penaan
maupun panggilan antar tokoh, karena cerita ini merupakan salah satu kisah
masyarakt Jawa. Pengarang disini bersudut pandang sebagai orang ketiga serba
tahu.
Para tokoh yang ada dalam cerita ini
yaitu Sri Pandan, Ragil atau Bagus Banteng, Pangeran Benawa, Pangeran Sambong,
Ki Ageng, Nyi Ageng, Jaran Sembrani, Pangeran Langse, Ki Majas, Patih Lubawa,
Ki Ngrancang, Ki Jenar dan Ki Rajegwesi serta para pengikutnya.
Untuk perwatakan tokoh, disini terlihat
sekali kepribadian para pemilik kekuasaan di kerajaan. Kita yang membacanya
sedikit bingung menentukan siapa tokoh protagonist, antagonis maupun
titagonisnya karena dalam kisahnya setiap tokoh teguh pada pendirian dan
ikrarnya masing-masing, walaupun salah menurut aturan moral masyarakat biasa.
Namun dalam kerajaan, biasa atau pun harus melakukan hal seperti balas dendam
maupun menepati ikrar walaupun terpaksa. Karena ikrar seorang ningrat atau raja
harus dijalankan.
Tempat-tempat yang terdapat dalam cerita
ini umumnya di hutan, perkampungan, istana kerajaan dan sungai serta jalan yang
dilewati para tokoh dalam kisahnya. Penamaan tempat-tempat yang ada di Kota
Waleri Kabupaten Kendal berasal dari kisah ini yang diberikan oleh para tokoh
pada saat itu. Suasana yang tergambar dalam kisah ini adalah awalnya
menyenangkan, kemudian berubah menjadi menegangkan akibat konflik yang terjadi.
Dengan konflik-konflik yang terjadi berakhir dengan mengharukan serta
menyedihkan.
Amanat tersurat yang terdapat dalam
cerita ini adalah kita dalam kehidupan ini menginginkan hidup yang serba
berkecupan, baik lahir maupun batin, jasmani maupun rohani. Kita tidak
memikirkan duniawi saja, kebutuhan yang diharapkan adalah mengabdi kepada
Allah. Kita harus berani sengsara dulu, sehingga kita akan mulia. Mukti tidak
hanya di dunia saja, tetapi juga diakhirat nanti. Selain itu kita tidak boleh melakukan
bunuh diri apalagi dalam pencarian mukti, itu merupakan perbutan keliru.
Amanat tersirat yang ada dalam cerita
yaitu, apabila kita mnjadi bawahan
maka kita harus menjaga dan melindungi serta mentaati atasan kita, kita harus
memperjuangkan harga diri kita, jika kita ingin selamat kita mesti berbuat baik
dan menuruti petunjuk orang tua yang baik serta menjaga amanah, jangan pernah
berkhianat karna perbuatan itu akan mendapat balasannya, kita harus minta maaf
jika kita salah walaupun usia kita lebih tua, apabila kita telah berikrar atau
berjanji maka kita harus menepatinya.
Informasi yang dapat diambil dari cerita
rakyat ini adalah pertama, di daerah
Jawa pernah berdiri Kerajaan Plosokuning, Kerajaan Roban Siluman, dan Kerajaan
Sambongan.
Kedua,
nama Kota Waleri yang kita kenal saat ini berasal dari pemberian Sri Pandan.
Dimana dalam perjalanan mencari saudranya yang telah terpisah sejak kecil, ia
bertemu dengan seorang kakek dan nenek. Kakek itu mengatakan “ Berjalanlah
kearah utara, menyusuri Sungai Damar, ikuti air leri─ air bekas cucian beras─
yang mengalir dari hilir dan jangan berhenti sebelum air leri itu habis”. Pesan
itu pun diikuti oleh Sri Pandan dan dua pengikutnya, air leri itu berhenti dan
menghilang di bawah pohon ploso di pinggir Sungai Damar. Untuk mengingat tempat
hilangnya air leri itu, maka Sri Pandan memberi nama daerah itu Weleri. Yang
artinya we sama dengan air dan leri yaitu air bekas cucian beras.
Ketiga,
salah satu desa di Kota Waleri bernama Desa Sawangan. Ini dikarenakan di tempat
atau di desa itu Gusti Benawa, raja Istana Roban Siluman menunggu kepulangan
Ragil dari mengantarkan surat lamarannya kepada Sri Pandan. Ia tampak gelisah,
sesekali ia memandang ke depan istana. Berjalan kesana kemari, tanpa tujuan.
Kadang-kadang ia berhenti agak lama sambil membayangkan kecantikan Sri Pandan.
Sehingga tempat itu dinamakan Desa Sawangan, yang mana dalam bahasa Jawa
sawang-sawangen berarti terbayang-bayang.
Keempat,
nama Gua Kukulan berawal dari kisah pertarungan antara Ragil atau Bagus Banteng
dengan Pangeran Benawa dalam rangka pembalasan dendam Bagus Banteng terhadap
perlakuan Benawa kepada dirinya dimasa lalu. Karena Bagus Banteng dibekali
pusaka Jalak Plenkang Kurungan, Pangeran Benawa memilih untuk lari dan
bersembunyi. Namun, berkat bantuan pusaka Bagus Banteng bisa mengetahui bahwa
Benawa bersembunyi di gua dalam keadaan duduk sambil menekukkan lututnya. Oleh
karena itu gua tersebut dinamakan Gua Kukulan, berasal dari kata ndekukul.
Kelima,
tempat tewasnya Pangeran Benawa diberi nama Pekuncen, karna Pangeran Sabong
telah mengunci sungai tempat persembunyian Benawa dan menyatakan bahwa Benawa
telah tewas. Pekuncen sendiri berarti tempat dikuncinya Benawa.
Keenam,
kebiasaan pada masa kerajaan-kerajaan ini salah satunya adalah sabung ayam
jantan. Ketujuh, didekat Kali Kuto ada mata air yang bernama Tuk Si
Macan. Nama ini diberikan oleh Pangeran Sambong ketika melewati jalan sempit
mendekati Kali Kuto dalam perjalanannya menuju acara perhelatan tahunan berupa
sabung ayam jantan, ia dan rombongannya melihat harimau diatas undukan bukit
kecil yang dibawahnya terdapat mata air yang jernih mengalir. Namun, harimau
itu menghilang. Karena itulah diberi nama Tuk Si Macan yang artinya tuk adalah
mata air dan si macan adalah harimau.
Suatu tempat atau daerah memiliki latar
belakang kisah tersendiri dalam hal berdiri dan penamaannya. Setiap nama daerah
tentunya memiliki nilai dan maksud serta tujuan, sesuia dengan maksud dan
tujuan dari orang yang memberi nama tersebut.
3. Kesimpulan
Dari kisah rakyat ini kita dapat menyimpulkan bahwa Suatu tempat
atau daerah memiliki latar belakang kisah tersendiri dalam hal berdiri dan
penamaannya. Setiap nama daerah tentunya memiliki nilai dan maksud serta
tujuan, sesuia dengan maksud dan tujuan dari orang yang memberi nama tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar