BAB I
PENDAHULUAN
PENGARUH EKONOMI TERHADAP PUTUSNYA SEKOLAH ANAK
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Setiap individu yang dilahirkan
ke dunia memerlukan pendidikan untuk menjalankan kehidupan dengan baik dan
berguna bagi nusa dan bangsa. Serta kehidupan yang layak dan bermutu dapat
dicapai. Langkah awal kita untuk bisa menghadapi kehidupan kedepan dan memenuhi
tuntutan zaman adalah belajar dengan baik dan benar.
Belajar dilakukan oleh setiap orang dari awal-awal kehidupan, seperti
belajar merangkak dan belajar berjalan serta belajar berbicara. Ini merupakan
proses pembelajaran awal yang terjadi,dialami dan dilakukan di lingkungan
keluarga. Ini akan terus berlanjut sampai seorang anak memiliki pola pikir yang
baik.
Setelah pemikiran seorang anak berkembang, maka anak akan mulai
menerapkan didikan yang didapatnya dari kalangan keluarga yang diberikan oleh
ayah, ibu dan kakak-kakaknya. Tidak semua ilmu pengetahua yang bisa diberikan
oleh keluarga kepada anak. Anak membutuhkan ilmu pengetahuan yang lebih untuk
bisa menjalani kehidupan dengan baik nantinya. Mengingat pentingnya ilmu
pengetahuan dan keterbatasan pihak keluarga dalam memberikan ilmu pengetahuan,
maka para orang tua melanjutkan pendidikan anaknya dari pendidikan non formal kepada
pendidikan formal yaitu dengan memasukkan anaknya ke dalam lembaga pendidikan
formal sepaerti sekolah.
Pendidikan formal merupakan
instrumen terpenting untuk menghasilkan masyaraka yang memiliki produktifitas
yang tinggi. Namun pada hakekatnya pendidikan tidak dapat dilepaskan dari masalah ekonomi,baik secara langsung mupun
secara tidak langsung
Di Kecematan Bangkinang Barat,
Anak dari masyarakatnya ada yang sekolah di sekolah yang ada di Kecamatan
Bangkinang Barat dan ada juga yang sekolah diluar Kecamatan Bangkinang Barat.
Namun tidak sedikit pula anak yang harus meninggalkan proses dan aktivitas
pendidikan formal mereka. Ini tidak terjadi tanpa sebab,tentunya ada alasan-alasan
dan faktor-faktor tertentu yang melatar belakanginnya.
Putus sekolah merupakan
masalah yang sangat penting untuk dibicarakan dan dicari jalan keluarnya.
Permasalahannya putus sekolah di Indonesia bukan masalah kecil. Sebagaimana
kita ketahui bersama, jumlah anak yang putus sekolah di Indonesia dewasa ini
angkanya tidak puluhan orang tetapi sudah mencapai ribuan orang, ini bukan
angka yang kecil. Dalam penyelesaian masalah anak putus sekolah ini, bukanlah
tanggung jawab satu, dua orang atau suatu instansi saja. Tetapi semua orang dan semua lembaga
bertanggung jawab pada masalah ini. Jika masalah anak putus sekolah ini tidak
ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan berdampak buruk bagi perekonomian
Indonesia dan sosial bangsa pun akan terganggu.
Dengan banyaknya anak
putus sekolah akan berdampak kepada pengangguran karena kemampuan yang dimiliki
anak putus sekolah tersebut tidak mencukupi untuk mengisi lapangan pekerjaan
yang semakin canggih dan membutuhkan keahlian khusus. Maka, angka pengangguran
pun akan bertambah. Jadi, bagaimana Indonesia bisa dan mampu bersaing dengan
Negara-negara maju, sedangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia
masih jauh ketinggalan dari Negara-negara maju.
Selain itu, anak-anak
yang putus sekolah yang akhirnya menganggur akan semakin didesak oleh kebutuhan
hidup yang terus meningkat, yang mendorong untuk bertindak kriminalitas seperti
pencurian, perampokan, pembunuhan dan lain-lain. Yang membuat masyarakat
menjadi terganggu dan ketentraman yang telah terjalin ditengah-tengah
masyarakat akan hilang.
1.2. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah makalah ini
adalah :
(1.2.1) Apakah faktor penyebab anak putus sekolah di
Kecamatan Bangkinang Barat?
(1.2.2) Apa dampak yang diakibatkan oleh anak yang
putus sekolah tersebut?
1.3. Pembatasan Masalah
Makalah ini hanya akan
membahas :
(1.3.1) Faktor penyebab anak
putus sekolah di Kecamatan Bangkinang Barat
(1.3.2) Dampak yang
diakibatkan anak yang putus sekolah di Kecematan Bangkinang Barat
1.4.
Tujuan
Karya ilmiah ini bertujuan
untuk :
(1.4.1) Mengetahui faktor
penyebab anak putus sekolah di Kecamatan
Bangkinang Barat
(1.4.2) Mengetahui dampak yang
diakibatkan anak yang putus sekolah di Kecamatan Bangkinang Barat
(1.4.3) Mengetahui langkah
yang tepat untuk mengatasi masalah anak putus sekolah di Kecamatan Bangkinang
Barat
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Putus Sekolah
Pendidikan merupakan kebutuhan
setiap orang. Setiap individu di dunia ini memerlukan pendidikan untuk
menjalankan kehidupan yang lebih baik. Setiap anak yang terlahir ke dunia,
mereka belajar. Belajar mulai dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang
besar.
Setelah menginjak usia balita,
anak mulai membutuhkan pendidikan non formal dan formal. Pendidikan non formal
adalah pendidikan yang bersumber dari keluarga, masyarakat dan lingkungan.
Pendidikan non formal diperoleh oleh seorang anak secara gratis dan tanpa diminta
pun seorang anak pasti akan mendapatkannya. Yaitu pendidikan yag diberikan oleh ayah,ibu dan
kakak-kakanya serta orang yang berada di sekitar tempat tinggalnya. Berbeda
dengan pendidikan formal. Pedidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh
oleh seorang dari lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah.
Pendidikan dapat diartikan
sebagai perbuatan mendidik, pengetahuan tentang mendidik. Pendidikan dapat
diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai dan budaya masyarakat.
Pendidikan dapat diartikan
sebagai sebuah proses timbal balik dari pribadi-pribadi manusia dalam
menyesuaikan diri dengan manusia lain dan dengan alam semesta. Sedangkan
pengertian sekolah menurut WJS. Poerwodarmita adalah bangunan atau lembaga
untuk belajar dan memberi pelajaran.
Berdasarkan penjelasan diatas,
maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengertian putus sekolah adalah
seseorang yang telah masuk dalam sebuah lembaga pendidikan baik itu diingkat
sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), maupun Sekolah Menengah
Atas (SMA) untuk belajar dan menerima pelajaran, tetapi tidak menyelesaikan
pendidikannya atau tidak sampai lulus kemudian mereka berhenti atau keluar dari
sekolah.
Pengertian putus sekolah dapat
pula diartikan sebagai Droup-Out (DO) yang artinya bahwa seorang anak didik
yang karena sesuatu hal biasa disebabkan karena malu, malas, takut, sekedar
ikut-ikutan dengan temannya atau karena alasa lain sehingga mereka keluar dari
sekolah dan tidak masuk lagi untuk selama-lamanya.
BAB III
PROSES PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan wawancara serta
mengambil data dari pihak terkait.
Responden yag tepilih adalah responden yang
memenuhi syarat, antara lain: tinggal di Bangkiang Barat, pelajar SMP/SMA yang
putus sekolah. Pemilihan responden dilakulan secara acak dan meliputi berbagai
lapisan, yaitu: pelajar SMP swasta dan pelajar MA Negeri/sederajat,
pendidik/guru, orang tua, dan masyarakat.
3.1. lokasi Penelitian
Pengambilan lokasi responden
dilakukan secara acak meliputi SMP Muhammadiyah Kuok, SMA Negeri I Bangkinang
Barat, Madrasah Aliyah Negeri Kuok, SD Negeri 002 Kuok, SD Negeri 018 Kuok,
masyarakat setempat,
3.2. Cara Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan
dengan cara :
(3.2.1) Observasi ke sekolah-sekolah
(3.2.2) wawancara dengan responden
(3.2.3) Mengambil data mutasi dari sekolah-sekolah
3.3. Cara Menganalisis Data
Analisis data dilakukan dengan
cara mengelompokkan hasil wawancara faktor anak putus sekolah kepada tiga
faktor, yaitu faktor ekonomi, faktor lingkungan , dan faktor pribadi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.2. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
Pendidikan merupakan bagian
terpenting dalam kehidupan manusia yang sekaligus dapat membedakan antara
manusia dan hewan. Hewan juga belajar tapi lebih ditentukan oleh instinknya.
Sedangkan bagi manusia belajar berarti rangkaian kegiatan menuju pendewasaan,
guna mencapai kehidupan yang lebih kita kenal dengan istilah sekolah. Sekolah
adalah bagian dari suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Sekolah dalam hal
ini pendidikan menempati posisi yang
sangat sentral dan strategis dalam membangun kehidupan secara tepat dan
terhormat.
Pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia secara keseluruhan. Setiap
manusia berhak mendapatkan atau memperoleh pendidikan, baik secara formal,
informal maupun non formal. Sehingga nantinya ia akan memiliki mental, akhlak,
moral dan fisik yang kuat serta menjadi manusia yang berbudaya tinggi dalam
melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya dalam masyarakat.
Namun jika kita lihat dari
kenyataan dalam pelaksanaannya khususnya dikecamatan Bangkinang Barat banyak
anak-anak remaja yang putus sekolah, dengan berbagai faktor penyebabnya.
Berdasarkan keterangan ibu
Mardalisar. SPd salah seorang guru di Madrasah Aliyah Negeri Kuok mengatakan
“bahwa seorang anak putus sekolah disebabkan oleh 3 faktor yaitu:
4.1.1 Faktor Ekonomi
Berdasarkan keterangan dari
pihak sekolah yang di survei,diketahuilah bahwa profesi orang tua siswa dan
siswi yang bersekolah di Kecematan Bangkinang Barat yaitu terdiri dari profesi
Tani,Pedagang,Pegawai Negeri Sipil (PNS),Nelayan dan Penggali. Berikut
persentase profesi orang tua siswa dan siswi yang bersekolah di Kecamatan
Bangkinang Barat yang sekaligus menjadi masyarakat Kecamatan Bangkinang Barat.
No
|
PROFESI
|
PERSENTASE
|
1
|
TANI
|
80%
|
2
|
PEDAGANG
|
10%
|
3
|
PNS
|
5%
|
4
|
PETERNAK
|
2,5%
|
5
|
PENGGALI
|
2,5%
|
Berdasarkan data diatas kita
bisa melihat dan mengetahui mata pencaharian yang mayoritas pada masyarakat
Bangkinang Barat adalah petani dengan 80%. Yang terdiri dari petni karet,petani
sayur,petani sawit,dan berkebun.
Masyarakat yang berfrofesi
sebagai petani karet akhir –akhir ini semakin kesulitan akibat krisis global. Selain
harga barang-barang untuk kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat.pada
peteni karet,harga jual karet menjadi turun sampai Rp 3.000,00 perkilonya, denagan
harga seperti ini membuat satu-satunya penghasilan mereka tidak bisa lagi
menompang kebutuhan hidup mereka secara maksimal. Jangankan untuk biaya
pendidikan anak-anak mereka,biaya untuk kebutuhan sahari-hari saja mereka sudah
kesulitan. Walaupun sekarang harga karet sudah mencapai Rp.11.000,00
perkilonya. Namun ini belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat. Dan juga luas perkebunan karet yang mereka kerjakan bukanlah
berhektar-hektar,tetapi hanya beberapa bidang yang tidak terlalu luas.
Untuk mendapatkan hasil yang
lebih besar diperlukan pekerjaan dan tenaga yang lebih besar pula,tidak cukup
dengan tenaga ayah dan ibu saja. Untuk itu orang tua tersebut membutuhkan
tambahan orang untuk memebantu mereka bekerja. Dalam hal ini mereka tidak
mengambil pekerja dari orang luar yang
sedang mencari pekerjaan,melainkan mereka mengambil tenaga dari anak-anak
mereka. Karna kalau mereka mengambil tenaga dari luar keluarga maka diperlukan
lagi dana untuk membayar upah orang tersebut,padahal kondisi keuangan terus
menurun. Tetapi kalau pekerjaannya di bantu oleh pekerja dari anggota keluarga,maka
tidak perlu digaji. Sehingga pemasukan keuangan bertambah tanpa harus
mengeluarkan dana seperti mengambil tenaga pekerja dari luar keluarga
Dengan adanya orang tua yang mengambil
tenaga pekerja dari anaknya untuk memenuhi kebutuhan keluarga,maka sekolah anak
akan terganggu,seperti tidak semngatnya anak dalam belajar disekolah akibat
kelelahan karna bekerja.
Tidak hanya akibat krisis
global yang membuat pendapatan petani karet menurun. Faktor lainnya adalah
cuaca. Sebagaimana kita ketahui semenjak petengahan bulan Agustus cuaca di Kecamatan Bangkinang Barat
khususnya dan Indonesia umumnya adalah hujan,dan cuaca hujan ini terus
berlanjut sampai sekarang. Dengan keadaan cuaca sepaerti ini petani karet tidak
bisa memproduksi karetnya secara maksimal seperti hari-hari yang bercuaca
cerah.
Pada petani sayur,yidak jauh
berbeda dengan petani karet. Di mana kedua profesi ini bergantung pada cuaca.
Petani sayur, tidak bisa mendapatkan hasil sayur yang maksimal karna cuaca yang sering hujan
membuat sayur-sayur mereka rusak. Seperti membusuknya bibit karna terlalu
banyak air dan pada sayur yang sudah hampir siap panen mengalami bercak-bercak pada daunnya sehingga
tidak semua sayur yang bisa dijual. Sehingga membuat pendapatan petani sayur
menurun.
Petani sawit juga menerima
dampak dari krisis global,dimana harga sawit menjadi Rp.300.00 perkilonya. Ini
akan berdampak buruk pada keluarga dan pendidikan anank-anak mereka.
Profesi pedagang dengan 10% juga menurun,ini
di sebabkan karna pendapatan para petani menurun yang menyebabkan daya beli
masyarakat juga menurun. Masyarakat mengutamakan membeli bahan-bahan pokok dan
juga membatasi pembelian untuk menghemat pendanaan dalam keluarga.
Profesi peternak dengan 2,5%,
bidang pekerjaan ini pendapatannya juga menurun karna daya beli masyarakat
menurun sehingga para peagang daging di
pasar tidak banyak membutuhkan ternak. Namun, sekarang harga beli sudah kembali
normal.
Profesi penggali dengan 2,5% disini
adalah penggali batu sungai.dengan cuaca yang terus menerus hujan juga
terkendala. Dimana tempat mereka mencari nafkah yaitu sungai kampar mengalami
pasang. Sehingga mereka tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Penduduk yang
berprofesi sebagai penggali batu ini kembali beraktivitas setelah air sungai
surut. Batu di tempat penggalian pun bertumpuk akibat terbawa arus sewaktu air
sungai pasang. Sehingga hal seperti ini dimanfaatkan dengan baik oleh para
penggali. Berhubung penggalian dilakukan dengan tenaga manusia dan alat
sederhana maka untuk mengumpulkan batu-batu lebih banyak. Membutuhkan pekerja
yang lebih banyak. Disini mereka juga mengajak anak-anak mereka untuk
bersama-sama menggali.
Walaupun ada kemampuan untuk
menggunakan alat berat dalam kegiatan penggalian. Namun,hal ini tidak di
izinkan oleh masyarakat karena jika menggunakan alat berat dalam kegiatan
penggalian maka akan mengakibatkan kerusakan lingkungan dan tempat penggalian
tersebut tidak bisa dimanfaatkan lagi oleh generasi berikutnya. Jangankan untuk
menggunakan alat berat dalam kegiatan penggalian, memperkejakan orang dari
masyarakat luar saja tidak diperbolehkan. Penggalian yang berada di Pulau
Belimbng I ini dikhususkan untuk penduduk asli Bangkinang Barat dan di usahakan oleh perorangan tidak boleh menggunakan
sistem karyawan. Ini dilakukan untuk menjaga penghasilan penduduk asli
Bangkinang Barat.
Walaupun demikian profesi
penggalian ini tidak bisa menjamin penghasilan masyarakat kedepanya. Karna penggalian
secara terus-menerus selain merusak fisik sungai seperti terbentuknya
kawah-kawah di tengah sungai,batu-batu tersebut akan makin berkurang. Untuk
perbaikan membutuhkan waktu yang lama.
Dengan keadaan perekonomian
masyarakat di Kecamatan Bangkinang Barat ini tidak sedikit yang menjadi faktor
anak putus sekolah, selain penghasilan yang tidak menetap. Jumlah anak yang
ditanggung orang tua tidak seperti diperkotaan yang hanya satu atau dua orang.
Kebanyakan setiap keluarga memiliki anak yang banyak. Sehingga pendapatan yang
tidak menetap,tidak mampu membiayai semua biaya pendidikan anak mereka yang
berakibat tidak semua anak mendapatkan pendidikan formal secara maksimal.
Sehingga anak yang sedang menuntut ilmu dilembaga pendidikan terpaksa
meninggalkan sekolah atau keluar dari sekolah.
Setelah itu mereka membantu
orang tuanya mencari nafkah, seperti membantu orang tua menyadap karet,mengurus
peternakan orang tuanya dan ada juga yang mencari pekerjaan sesuai dengan
kemampuan dan keahlian mereka. Seperti ada yang bekerja di tempat-tempat
pembuatan perabot,perbengkelan motor dan bekerja dengan pemilik barang
dagangan. Ini mereka lakukan untuk membantu perekonomian keluarga,baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
Membantu perekonomian secara
langsung yaitu dengan memberikan uang hasil pekerjaannya kepada orang tuanya.
Membantu perekonomian scara tidak langsung yaitu penghasilan mereka digunakan
untuk keperluan pribadi mereka sehingga tidak membebani orang tua mereka lagi.
4.1.2 Faktor Lingkungan
Pendidikan yang diterima
seorang anak sebelum memasuki pendidikan formal adalah pendidikan non formal
yang bersumber dan keluarga dan lingkungan masyarakat, disinilah awal
pembentukan karakter dan kepribadian anak. Namun, tidak semua lingkungan yang
mendukung pendidikan anak. Ada lingkungan yang memberi pengaruh negatif kepada
anak yang mengganggu proses pembelajaran anak di sekolah.
Pengaruh negatif dari
lingkungan banyak yang menyebabkan anak putus sekolah. Lingkungan tersebut
adalah :
a. lingkungan keluarga
keluarga merupakan lingkungan yang
pertama kali ditemui oleh setiap individu. Semenjak seorang anak dilahirkan
hingga mencapai usia sekolah, keluargalah yang paling sering ditemui. Didalam
keluarga inilah pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Karakter
yang telah ada tersebut dibawa seorang anak ke lingkungan luar,sepeti
lingkungan masyarakat,termasuk lembaga pendidikan.
Pada keluarga yang kurang
harmonis atau tidak harmonis, anak tidak bisa tumbuh dan berkembang secara
baik. Baik secara fisik mupun secara psikologis. sehingga anak tumbuh menjadi
anak yang nakal. Disekolah, anak yang tumbuh dilingkungan keluarga yang tidak
baik, mereka sering melanggar aturan dan tidak bisa menerima pelajaran dengan
baik karna batin dan pemikiran mereka terganggu oleh persoalan di rumah.
Ada juga anak yang putus
sekolah akibat perceraian orang tua. Selain karna beban mental yang
diterima,mereka memilih untuk putus sekolah karena harus mengurus adik-adiknya.
Selain akibat keluarga yang
tidak harmonis. Anak putus sekolah karna anak tidak mendapatkan perhatian dan
kasih sayang secara penuh dari orang tua dan keluarganya. Kurangnya perhatian
dan kasih sayang dari orang tua ini disebabkan karna orang tua dengan ekonomi
menengah kebawah,sibuk bekerja mencari nafkah.Anak-anak yang tidak mendapatkan
kasih sayang penuh dari orang tua dan keluarganya ini, seringkali mencari kasih
sayang diluar rumah. Seperti pacaran,dengan adanya pacaran yang kebanyakan
membuat pendidikan terganggu dan pacaran yang tidak dibatasi dan dikontrol
apalagi diusia-usia remaja yang tingkat rasa ingin tahunya tinggi serta dalam
pencarian jati diri,banyak anak sekolah yang terjerumus kedalam perbuatan
maksiat yang dari segi agama dan pemerintahan tidak bisa di toleransi
lagi,seperti perbuatan zina,narkoba akibat pergaulan bebas. Ini menyebabkan
anak dikeluarkan dari sekolah dan putus sekolah kembali terjadi.
Selain itu, keberadaan anak
perempuan didalam pendidikan masih kurang perhatian dari sebagian orang tua,
anggapan bahwa “setinggi apapun sekolah anak perempuan,akhirnya kedapur juga”
ini masih berkembang ditengah-ditengah masyarakat. Tidak sedikit siswi yang
putus sekolah karena menikah.
Cepatnya pemikiran untuk
menikah di kalangan siswi salah satu akibat dari film yang dipertontonkan di
televisi yang mana tayangannya,lebih besar nilai fiktifnya dan amoralnya
dibandingkan nilai pendidikannya, dan ada juga karena faktor ekonomi,sebagaimana
pemikiran yang berkembang di kalangan masyarakat bahwa“walaupun anak perempuan
tidak sekolah, hidupnya akan ditanggung suaminya, kalau anak laiki-laki lebih
baik bersekolah karena akan membiayai hidup istrinya” sehingga pendidikan tidak
menjadi hal yang penting dan hal yang di utamakan .
Bagi anak laki-laki, banyak
yang putus sekolah karena lingkungan yang kurang baik serta kurangnya
pengawasan orang tua. Seorang anak bersekolah yang bergaul dengan anak-anak
yang tidak bersekolah maka dia akan mengikuti kebiasaan anak yang tidak
bersekolah tersebut. Seperti merokok, berjudu, minum-minuman keras, sehingga
tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan sering melakukan pelanggaran
yang membuat dia dikeluarkan dari sekolah.
Kurangnya pengawasan dari
orang tua juga menjadi faktor pendorong anak putus sekolah. Contohnya, anak
menonton sampai larut malam, bahkan sampai dini hari yang tidak dikontrol oleh
orang tua. Sehingga anak tidak konsentrasi sewaktu mengikuti proses
pembelajaran di sekolah,karna fisik kurang sehat dan rasa ngantuk akibat kurang
tidur. Selain itu anak yang kurang pengawasan orang tua ini sering melanggar
peratuaran yang berlaku disekolah, dengan seringnya melanggar peraturan sekolah
ini, anak tersebut dekeluarkan dari sekolah.
b.
Lingkungan teman pergaulan
Selain lingkungan keluarga,lingkungan teman pergaulan juga membentuk karakter dn kepribadian dari
anak. Lingkungan teman pergaulan ini juga bisa membuat anak putus sekolah.
Dikalangan siswi sebahagian putus sekolah karena dipengaruhi oleh pacarnya,karma
pacarnya mengajak siswi tersebut untuk menikah. berbeda dikalangan siswa.
Walaupun, telah diprioritasikan untuk bersekolah oleh orang tuanya, siswa tetap
tidak mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan sering melanggar
aturan, ini disebabkan karena pengaruh teman diluar sekolah yang tidak
bersekolah.
Bagi siswa ditingkat SMA/sederajat, siswa yang putus sekolah karena teman
pergaulan ini yaitu karena siswa tersebut berteman dengan anak yang tidak
bersekolah dan terbawa-bawa oleh kebiasaan temannya tersebut seperti merokok,
minm-minuman keras, berjudi dan ngumpul-ngumpul sampai larut malam bahkan
sampai dini hari.
Dengan terbawa-bawa oleh kebiasaan teman yang tidak bersekolah tersebut
akan membuat siswa tidak bisa mengikuti pelajaran disekolah dengan baik karena
rasa ngantuk akibat kurang tidur dan juga malas untuk sekolah. Dan apabila
kebiasaan merokok, minim-minuman keras, dan berjudi itu diketahui pihak sekolah
tentunya akan membuat siswa itu dikeluarkan dari sekolah dan putus sekolah pun
terjadi.
Bagi siswa ditingkat sekolah dasar siswa terpengaruh kemajuan teknologi
informasi dan komuniksi. Jika tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya, maka
anak-anak didik akan terbawa kearah yang negatif, yang nantinya akan membuat
kepribadian mereka negatif yang bisa membuat mereka dikeluarkan dari sekolah.
2.2.3 FAKTOR PRIBADI
Manusia adalah makhluk bebas yang memiliki hak dan kewajiban. Melanjutkan pendidikan atau berhenti
adalah pilihan. Walaupun perekonomian orang tua bisa membiayai biaya
sekolah,namun jika keinginan untuk melanjutkan sekolah tidak ada,maka anak
tersebut tetap akan mengalami putus sekolah.Seseorang yang keluar dari sekolah
atau putus sekolah ada yang didasari keinginannya sendiri.
Memilih putus sekolah tentunya
ada alasan. Secara garis
besar anak memilih putus sekolah karena:
2.2.3.1 Tidak ingin menyusahkan orang tua
Melihat perekonomian orang tua
yang berada digaris menengah kebawah membuat suatu pemikiran dikalangan siswa
siswi bahwa “lebih baik berhenti sekolah dan membantu orang tua, kalupun
sekolah belum tentu akan berhasil” dengan pemikiran seperti ini seorang anak
memilih untuk putus sekolah dan bekerja. Rasa kasihan timbul dari hati siswa
siswi melihat kondisi orang yang semakin tua,apalagi kalau orang tua yang tidak
lengkap,baik berpisah karena meninggal maupun berpisah karena cerai.
2.2.3.2.Rasa Malu
Menurut teori psikogenesis
konflik batin mempengaruhi kepribadian anak. Sebagaimana kita ketahui kemampuan seseorang dalam
belajar dan menerima pelajaran tidak sama. Anak yang kurang dalam menerima pelajran dan
sering tidak naik kelas. Memutuskan untuk putus sekolah karena malu belajar
disekolah. Selain malu belajar dengan anak yang seharusnya adik kelasnya, dia
juga malu dengan teman-temannya yang telah naik kelas.
2.2.3.3.Kesadaran akan kebutuhan belajar anak
kurang
Ada anak yang berfikiran bahwa
belajar itu hanya buang-buang waktu yang tidak menghasilkan apa-apa. Bisa
membaca dan menulis saja suadah cukup.
Pemikiran anak seperi itu
merupakan pemikiran zaman dahulu bahkan pemikiran di era globalisasi. Namun,
ini masih ada dikalangan pelajar.
2.2.3.4.Tidak merasakan nikmatnya sekolah
Banyak para pelajar yang tidak
merasakan nikmatnya sekolah dan lebih cendrung kepada bermain-main. Ini terjadi
karena disekolah dia tidak bisa berbuat banyak, karena kemampuan berfikir yang
kurag dan malas mengikuti kegiatan sekolah seperti organisasi. Yang membuat
mereka tidak dengarkan pelajaran pelajaran dan pulang. In membuat mereka jenuh
dan memilih untuk putus sekolah. Dan juga disebabkan karena memasuki suatu sekolah atas paksaan orang tua.
2.2.3.5 Telah merasakan nikmatnya mendapat uang
sendiri
Untuk membantu perekonomian
keluarga banyak anak sekolah yang bekerja sampingan. Dari kerjanya tadi anak
memperoleh hasil yaitu uang. Dengan menerima hasil ini, anak belajar “untuk apa
saja sekolah lagi, saya sudah bisa mendapatkan uang sendiri” sehingga anak
lebih memilih untuk bekerja dan putus asa.
Setelah putus sekolah anak
tersebut melanjutkan pekerjaan yang telah dijalani sewaktu dalam jenjang
pendidikan.
BAB V
DAMPAK DARI ANAK PUTUS SEKOLAH
Dampak yang ditimbulkan
dari anak putus sekolah ini adalah :
5.1 Dari pihak keluarga
Dari segi positif
·
Dapat membantu perekonomian
keluarga
·
Mengurangi beban orang
tua
Dari segi
negatif
·
Semakin membuat resah
orang tua karna kelakuan semakin bebas
·
Membut malu orang otua
dan keluarga karna putus sekolah akibat pergaulan bebas
5.2. Dari Masyarakat
Dampak positif :
·
Dapat membantu pekerjaan
bagi masyarakat yang membutuhkan
Dampak negatif :
·
Membuat keresahan di
masyarakat karna anak yang putus sekolah
berbuat tindakan amoral. Seperti minum minuman keras,berjudi,tauran dan
pembunuhan akibat tekanan kebutuhan yang semakin meningkat.
5.3 Dari
Pemerintahan
Dampak
negatif :
·
Membuat angka
pengangguran semakin meningkat
·
Kriminalitas semakin
meningkat
·
Pengeluaran pemerintah
dalam hal biaya sosial anak akan bertambah, seperti yang berkaitan dengan
perawatan psikologis,peningkatan kualitas pengamanan wilayah dan peningkatan
volume proses peradilan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. faktor penyebab putus
sekolah sebagai berikut.
-
faktor ekonomi
-
faktor lingkungan
-
faktor pribadi
a.
tidak ingin menyusahkan orang tua
b.
malu
c. kesadaran akan
kebutuhan belajar anak kurang
d.
telah merasakan nikmatnya sekolah
e. telah merasakan
nikmatya mendapatkan uang sendiri
3.2 SARAN
Peneliti menyarankan :
1. Sebaiknya Pemerintah
lebih memperhatikan perekonomian masyarakat Bangkinang Barat
2.
hendaknya orang tua
lebih memberikan perhatian kepada anak-anaknya
3.
hendaknya orang tua
mengontrol anak mereka
4.
sebaiknya anak yang
putus sekolah diberikan pelatihan khusus untuk menambah keahlian mereka
DAFTAR PUSTAKA
Kartono kartini,
Kenakalan remaja,Raja wali.Jakarta.1986
Ritonga M.T.2007.Ekonomi
Untuk Kelas XI.Jakarta:PT. Phibeta Aneka Gama..
PENGESAHAN
JUDUL PENELITIAN :
PENGARUH EKONOMI TERHADAP PUTUSNYA
SEKOLAH ANAK
JENIS PENELITIAN : SURVEI LAPANGAN
NAMA PENELITI : SUSDAMITA
LOKASI PENELITIAN :
SEKOLAH-SEKOLAH DI KECAMATAN
BANGKINANG
BARAT
WAKTU PENELITIAN : BULAN JANUARI 2010
Kuok,
25 Februari 2010
Pembimbing, Peneliti,
HERLINDA YANTI,SE SUSDAMITA
Mengesahkan,
Kepala
MAN KUOK
Drs.
HUSAINI, M.Pd
Nip. 19671219 199503 1 002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar